Featured Post
Cerita Rakyat Kisah Buaya Perompak
Pada jaman dahulu Sungai Tulang Bawang merupakan daerah yang terkenal akan keganasan buaya-buayanya. Hal ini membuat orang asing maupun pend...
Pada jaman dahulu Sungai Tulang Bawang merupakan daerah yang terkenal akan keganasan buaya-buayanya. Hal ini membuat orang asing maupun penduduk di sana harus sangat berhati-hati apabila berada di sekitar aliran sungainya, sebab sudah banyak manusia yang hilang begitu saja karena dimangsa oleh buaya.
Suatu hari, peristiwa manusia dimangsa oleh kawanan buaya terulang lagi. Korbannya adalah seorang gadis rupawan bernama Aminah. Namun anehnya, jasad atau potongan tubuh Aminah tidak ditemukan, meskipun seluruh penduduk kampung di tepi Sungai Tulang Bawang mencarinya. Gadis cantik rupawan itu seakan lenyap ditelan bumi.
Ajaibnya, ternyata Aminah tidak dimakan oleh kawanan buaya
di Sungai Tulang Bawang. Ia hanya pingsan dan dibawa oleh kawanan buaya itu
menuju ke sebuah gua besar tempat tinggal raja buaya. Ketika sadar, Aminah
menjadi sangat terkejut karena telah berada di dalam gua yang penuh dengan
perhiasan emas, intan, permata, dan perak yang tidak ternilai harganya.
Belum habis rasa keterkejutannya, tiba-tiba dari sudut gua
terdengar sebuah suara yang berat dan besar. "Sebelum aku mendekat,
janganlah engkau takut gadis manis. Meskipun aku berwujud buaya, sebenarnya aku
adalah manusia seperti dirimu juga. Aku telah dikutuk menjadi seekor buaya
karena perbuatanku yang dianggap jahat. Namaku adalah Somad, perompak ulung di
sekitar Sungai Tulang Bawang ini. Segala harta benda yang engkau lihat di
sekelilingmu itu adalah hasil jarahanku terhadap para saudagar yang berlayar di
sini. Apabila engkau mau tinggal bersamaku, maka semua harta yang ada di dalam
gua ini akan menjadi milikmu. Aku tidak akan mengekangmu untuk terus tinggal di
sini. Apabila rindu dengan keluargamu, aku akan mengantarmu menelusuri
terowongan rahasia yang menghubungkan gua ini dengan kampungmu."
Tanpa disengaja si buaya yang dulu adalah seorang perompak
itu telah membuka rahasia gua tempat kediamannya. Aminah secara seksama
menyimak dan mengingat keterangan berharga itu. Pikirnya, apabila sang buaya
lengah ia akan pergi meninggalkannya menyusuri terowongan rahasia itu.
Singkat cerita Aminah pun menyetujuinya, namun dalam hati ia
telah menyusun rencana agar dapat melepaskan diri dari sang buaya perompak.
Rencana itu ia laksanakan ketika sang buaya tengah tidur siang di dalam
kamarnya. Sambil membawa perhiasan yang cukup banyak Aminah berjalan
berjingkat-jingkat melalui terowongan rahasia yang telah diberitahukan oleh
sang buaya. Beberapa puluh menit kemudian, sampailah ia di mulut terowongan
yang ternyata tidak jauh dari desanya. Selanjutnya, ia langsung lari menuju rumahnya.
Sedangkan, Sang Buaya perombak yang baru bangun dari tidur siangnya hanya bisa
gigit jari. Ia tidak berani menyusulnya karena takut akan dibunuh oleh
penduduk kampung.
CEGHITA TELU IWA
…… seghadu bupikegh benni (saka), iwa si bijaksana ngejawab, "gham dapok ninggalko jengan hinji segelukni, langui ngelalui sighing gham dapok nyampai kulam si baghihni, gham dapok selamat disan".
Kidang iwa si nalom mak setuju usulan (ide) iwa si bijakasana, ulih ki gham tegagh ghettini gham ghabai jama tukang kawil hina, ulih sangun jak tumbai kulam hinji lamban gham sampai kapanpun.
Ghena munih iwa si apatis, ia munih mak setuju ki sangun gham haga mati dipa ghiya gham dapok mati, ghena munih sebalikni kipak ghatong ghatusan tukang kawil pasti gham selamat, ngapi hak gham haghus ngehindar. Ulih mak dok si setuju iwa si bijaksana kekkohni ninggalko kulam tenggalan.
Jemoh pagini, ghuwa tukang kawil hina ghatong mit kulam, haga ninjuk iwa balak. Sewaktu tiyan haga nyebagh jala diliyakni wat iwa balak mapang diatas wai, tukang kawil hina bepikegh, api ngembani iwa balak sina mati. Dang-dang keghacunan, ghettini ki dikanik dapok ngeghacuni, bacak ikin hak diusung mulang. Sai teghnyata iwa sina yakdolah iwa sai nalom, ia icak-icak mati tagan mak ditinjuk tukang kawil.
Lain lagi iwa si apatis, pandai wat tukang kawil ia cuba tegagh dija dudi sehinggani jadi peghhatian tukang kawil, segiyok tiyan ghuwa ninjukni sai akhirni iwa hina dapok ditinjuk ghik diusung mulang.
TERJEMAHAN
CERITA TIGA IKAN
..... Setelah berpikir lama, ikan yang bijaksana menjawab, "kita bisa meninggalkan tempat ini secepatnya, berenang melalui siring/selokan kita bisa sampai kolam yang lainnya, kita dapat selamat di sana".
Tetapi ikan yang pintar tidak setuju ude ikan yang bijaksana, karena kalau kita kabur artinya kita takut dengan pemancing itu, karena memang dari dulu kolam ini rumah kita sampai kapan pun.
Begitu juga ikan yang cuek, dia juga tidak setuju kalau memang kita mau mati di mana saja kita bisa mati, begitu juga sebaliknya walaupun datang ratusan pemancing pasti kita selamat, kenapa kita harus menghindar. Karena tidak ada yang setuju ikan yang bijaksana akhirnya meninggalkan kolam sendiri.
Besok paginya, dua pemancing itu datang ke kolam, mau menangkap ikan besar. Sewaktu mereka mau menyebar jala dilihatnya ada ikan besar terapung di atas air, pemancing itu berpikir, apa sebabnya ikan besar itu mati. Jangan-jangan keracunan, artinya kalau dimakan dapat meracuni, lebih baik tidak usah dibawa pulang. Yang ternyata ikan itu adalah ikan yang pintar, dia pura-pura mati agar tidak ditangkap pemancing.
Lain lagi ikan yang cuek, mengetahui ada pemancing dia mencoba lari ke sana-kemari sehingga menjadi perhatian pemancing. Dengan semangat mereka menangkapnya sehingga akhirnya ikan itu dapat ditangkap dan dibawa pulang.
mOHAMMAD RIDWAN Januari 12, 2023 Riyyan seo Banjarmasin, Kalimatan SelatanCEGHITA TELU IWA
…… seghadu bupikegh benni (saka), iwa si
bijaksana ngejawab, "gham dapok ninggalko jengan hinji segelukni, langui
ngelalui sighing gham dapok nyampai kulam si baghihni, gham dapok selamat
disan".
Kidang iwa si nalom mak setuju usulan
(ide) iwa si bijakasana, ulih ki gham tegagh ghettini gham ghabai jama tukang kawil hina, ulih sangun jak tumbai kulam
hinji lamban gham sampai kapanpun.
Ghena munih iwa si apatis ia
munih mak setuju ki sangun gham haga mati dipa ghiya gham dapok mati ghena munih sebalikni kipak
ghatong ghatusan tukang kawil pasti gham selamat, ngapi hak gham haghus ngehindar. Ulih mak dok si setuju iwa
si bijaksana kekkohni ninggalko
kulam tenggalan.
Lain lagi iwa si apatis, pandai wat tukang kawil ia cuba tegagh dija dudi sehinggani jadi peghhatian tukang kawil, segiyok tiyan ghuwa ninjukni sai akhirni iwa hina dapok ditinjuk ghik diusung mulang.
mOHAMMAD RIDWAN Januari 10, 2023 Riyyan seo Banjarmasin, Kalimatan SelatanLamban Adat Lampung umumni terdiri anjak bang ghang unggal si disebut Lamban, Lambahan atau Nuwou, bangunan ibadah sai disebut Mesjid, Mesigit. Surau Rang Ngaji, atau Pok Ngajei, bangunan musyawarah sai disebut sesat atau bantaian, ghik bangunan pakai nyegokko bahan pemenganan ghik benda pusaka si disebut Lamban Pamanohan.
Lamban adat jellema Lampung biasanı diceccokko ghedik wat ghik berjajar sekejung ghelaya utama sai ngebelah kampung, sidi sebut tiyuh. Setiap tiyuh tebagi luwot delom pepigha bagian si disebut bilik yakdolah ghang bediom buway Bangunan pepigha buway ngebentuk kesatuan teritorial-genealogis sidi sebut marga. Delom setiap bilik wat sat lamban klen besar sidi sebut nuwou/lamban menyanak Lamban hinj) selalu ditunggu ulih kerabat si paling tuha sai ngewarisi kekuasaan memimpin keluarga.
Arsitektur lainni yakdolah "lamban pesagi" sai ngerupako lamban tradisional bebentuk panggung sai sebagian balak tediri anjak bahan kayu ghik hatokni anau. Lamban hinji buasal anjak pekon Kenali Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat.
Wat ghua jenis lamban adat Nuwou Balak aslini ngerupako lamban ghang tinggal bagi para Kepala Adat (penyimbang adat). sai delom bahasa Lampung juga disebut Balai Keratun. Bangunan hinji tediri anjak pepigha ruangan, yakdolah Lawang Kuri (gapura), Pusiban (ghang tamu ngelapor) ghik Ijan Geladak (jan "cakak" mit lamban), Anjung-anjung (serambi depan ghang nerima tamu), Serambi Tengah (ghang mejong anggota kerabat bakas), Lapang Agung (ghang kerabat bebbai bekumpul), Kebik Temen atau kebik kerumpu (kamar pedom pakai anak penyimbang bumi atau anak tetuha), kebik rangek (kamar pedom pakai anak penyimbang ratu atau anak kedua), kebik tengah (yakdo kamar pedom pakai anak penyimbang batin atau anak keghua).
mOHAMMAD RIDWAN Oktober 12, 2021 Riyyan seo Banjarmasin, Kalimatan SelatanGatta tigoh judumu
Memuga kuti ghua ghawan
Tigoh alam salah udi
Tuah nyepik di kuku
Ulos ninding di badan
Rezeki tawit mili
Kelama tutuk lebbu
Kemaman seghta keminan
Ghenna munih kaban puaghi
Kekalau kuti ghua abadi
Unyin ngejungko pungu
Kilu aguk Tuhan
Siji panggoh datukmu
Matinaghis ketinggalan
Panggoh Datukmu, Sanusi
Sembahyang lima waktu
Puasa bulan Ghamadan
Dang sappai dilalaiko kuti
Agama dang sappai lalai
Lakuni peghittah Tuhan
Jawohi sai mak beguna
Adat munih tepakai
Mufakat, sakai sambayan
Nengah nyimah dang lupa
mOHAMMAD RIDWAN Oktober 12, 2021 Riyyan seo Banjarmasin, Kalimatan SelatanTeka-teki di dalam masyarakat Lampung disebut sekiman atau di dalam masyarakat Lampung Pubiyan disebut seganing. Teka-teki ini merupakan suatu foklor murni-lisan yang terdapat di daerah Lampung. Teka-teki ini biasanya dipakai oleh para muda-mudi seba gai penyeling dalam suatu pertemuan. Karena teka-teki ini khusus disampaikan secara lisan, sangat wajar kalau ditemukan berbagai variasi dari suatu teka-teki yang setiap pemunculannya selalu dibumbui atau ditambah, bahkan diubah sesuai dengan pemikiran si penyampai teka-teki.
Tujuan berteka-teki lebih cenderung sebagai pengisi waktu senggang yang kadang-kadang juga sebagai hiburan atau mempererat hubungan dalam pergaulan. Akan tetapi, tidak jarang dengan berteka teki itu dapat dijadikan sebagai alat pengasah otak karena suatu teka teki dapat memancing orang lain untuk berpikir. Jika jawaban teka teki itu tidak tertebak atau jawabannya sebetulnya sangat sederhana, tetapi si penebak sudah bersusah payah memikirkannya. Hal itu akan menimbulkan perasaan yang tidak puas atau perasaan puas bagi si penyampai teka-teki.
Unsur humor yang ada di dalam suatu teka-teki menyebabkan orang senang untuk ikut terlibat dalam kegiatan berteka-teki itu. Karena adanya unsur humor ini, teka-teki kadang-kadang digunakan untuk penyeling dalam suatu kesibukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi kejenuhan. Sebagai contoh, di dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh para pejabat tingkat Propinsi Lampung sedang dibicarakan masalah gangguan hewan gajah. Masih banyak gajah yang belum disekolahkan di Wai Kambas. Ketika sedang asyiknya anggota rapat berpikir untuk mengatasinya, Bapak Wakil Gubemur, pemimpin sidang bertanya kepada hadirin, "Saudara-saudara, jika memang Anda orang bijaksana untuk mengatasi masalah ini, jawablah pertanyaan ini. Apa perbedaan gajah dengan Anda ?"
Di dalam masyarakat Lampung, kegiatan berteka-teki masih ada walaupun pelaksanaan sudah jarang dilakukan. Berkurangnya kegiatan berteka-teki akibat adanya bentuk hiburan yang lain yang bersumber dari kemajuan teknologi modem, seperti menonton televisi, bioskop, dan sebagainya. Berikut ini diungkapkan beberapa contoh teka-teki, yaitu sebagian kecil dari yang berhasil dikumpulkan pada tahun ini.
Pada umumnya, teka-teki terdiri atas kalimat-kalimat yang menyatakan sebagian informasi tentang ciri jawaban atau berupa informasi seluruh ciri jawaban. Akan tetapi, tidak jarang ditemukan teka-teki yang terjadi dari satu kalimat tunggal; dan tidak jarang pula ditemukan teka-teki yang berbentuk pantun. Penyusunan variasi suatu teka-teki bergantung pada bagaimana tingkat daya nalar atau kreativitas si penyampai teka-teki itu. Setiap kali selesai membacakan suatu ciri, pikiran si penebak mulai terangsang dengan "sesuatu" yang ada kesamaan ciri dengan yang sudah disebutkan. Demikian seterusnya sampai seluruh ciri dibacakan. Dengan sangat yakin si penebak akan mengemukakarr jawabannya, tetapi dengan tidak disangka-sangka jawabannya sangat jauh dari tebakan.
CONTOH TEKA-TEKI BAHASA LAMPUNG
Kalau kita perhatikan bentuk teka-teki di atas ada bermacam macam : (1) Teka-teki yang tersusun, berima seperti pantun. (2) Teka teki berupa cerita; (3) Teka-teki yang terdiri atas satu baris; ( 4) Teka teki yang terdiri atas dua larik; (5) Teka-teki yang terdiri atas tiga atau empat larik. Setiap baris teka-teki itu berfungsi sebagai petunjuk untuk menebaknya karena isi larik itu adalah berupa infor-masi tentang tanda/ciri jawaban teka-teki itu.
Untuk dapat menjawab teka-teki dengan tepat diperlukan penge tahuan tentang lingkungan serta situasinya, tentang suatu kegiatan, atau tentang cara pemakaian suatu benda, dan sebagainya. Tanpa pengetahuan itu, sudah pasti teka-teki itu sulit untuk dapat ditebak dengan jitu. Dengan demikian, teka-teki yang berhubungan dengan situasi alam, lingkungan pedesaan, didekat hutan, misalnya, mengenai tumbuh-tumbuhan atau keadaan alamnya akan sulit ditebak oleh orang kota yang tidak pemah mengenal alam lingkungan pedesaan itu.
Dengan melihat uraian dan contoh teka-teki di atas, dapat disimpulkan bahwa teka-teki itu dapat berfungsi sebagai
1) pengisi waktu senggang,
2) sebagai alat pengasah otak, melatih berpikir,
3) hiburan, untuk menghilangkan kejenuhan dalam kesibukan,
4) pengisi acara khusus dalam pertemuan muda-mudi, untuk sating lebih mengenal, mempererat hubungan dalam pergaulan,
5) media untuk menambah pengetahuan, dan sebagai media untuk dapat mengenal ciri atau sifat alam lingkungan,
6) media untuk meningkatkan apresiasi kaum muda tentang budaya dan kesenian daerah.
mOHAMMAD RIDWAN Oktober 08, 2021 Riyyan seo Banjarmasin, Kalimatan SelatanPENGERTIAN TETEDUHAN/SEGANING TEKA-TEKI BAHASA LAMPUNG
Posted by Bahasalampung.com on Jumat, 08 Oktober 2021
1) Sanak lunik sekacak haga mena. Apikidah? 'Anak kecil berebut untuk saling mendahului. Apakah itu?'
Jawabannya : kaki
2) Wat serok sangabatang. Apikidah? 'Ada jarum sebumbung. Apakah itu? '
Jawabannya : bulu hidung
3) Baya-baya /om tanoh. Apikidah? 'Membara dalam tanah. Apakah itu? '
Jawabannya : kunyit
4) Manuk bulot luah kuta. Apikidah? ' Ayam bulat di luar pagar. Apakah itu?'
Jawabannya : nenas
5) Nganak mena mari ngandung. Apikidah? 'Beranak dulu baru hamil. Apakah itu? '
Jawabannya : padi
6) Ngebuah mena appai ngumbang. Apikidah? ' Berbuah dulu, baru berkembang. Apakah itu? '
Jawabannya : pohon enau
7) Sanak lunik ngirit-irit isauni. Apikidah? ' Anak kecil menyeret nyeret ususnya. Apakah itu?'
Jawabannya : jarum mesin jahit.
8) Ulai mati dapok ngudut. Apikidah? 'Ular mati dapat merokok. Apakah itu?'
Jawabannya : obat nyamuk. Berikut ini teka-teki yang terdiri atas kalimat majemuk.
9) Kibauni ngehanam, kelokni lapah-lapah. Apikidah? 'Kerbaunya diam, talinya berjalan-jalan. Apakah itu?'
Jawabannya : labu atau mentimun.
10) Kehenak layin iwa, bepayung layin raja. Apikidah? 'Bersisik bukan ikan, berpayung bukan raja. Apakah itu?'
Jawabannya : nenas.
11) Tepakai ia bahyu, tepikko ia burak. Apikidah? 'Dipakai ia baru, ditinggalkan dia buruk. Apakah itu?'
Jawabannya : jalan.
12) Telungkapko ia penuh, tengegakko ia kosong. Apikidah? 'Ditelungkupkan ia penuh, ditengadahkan ia kosong. Apakah itu?'
Jawabannya : kopiah di kepala.
13) Apakni ngehaman, anakni nyepok makanan. Apikidah? 'Bapak-nya diam, anaknya mencari makan. Apakah itu?'
Jawabannya : bedil.
14) Lubang lunik dapok luah, lubang balak mak dapok luah. Apikidah? 'Lubang kecil dapat keluar, lubang besar tak dapat keluar. Apakah itu?'
Jawabannya : Judah.
15) Jndukni dipusau-pusau, analcni diililc-ililc. Apilcidah? 'Induknya diusap-usap, anaknya diinjak-injak. Apakah itu?'
Jawabannya : tangga.
16) De rani jadi katung, debingi jadi kuban g. Apikidah? 'Siang menjadi bumbung, malam menjadi kubangan. Apakah itu?'
Jawabannya : tikar tempat tidur.
17) Sekali ram nyawako, barang hurik. Rua kali ram nyawako, barang mati. Apikidah? ' Sekali sebut benda hidup, dua kali sebut benda mati. Apakah itu?'
Jawabannya : kuda, tupai.
18) Lapah ramik ram raba~ lapah pesai ram mak rabai. Apikidah? 'Berjalan ramai-ramai kita takut, berjalan sendiri kita tidak takut. Apakah itu?'
Jawabannya : berjalan di titian lapuk.
19) Anakni tegar, indukni ngurau. Apikidah? 'Anaknya berlari, induknya memanggil. Apakah itu?'
Jawabannya : senapan meletus.
20) Anakni juget-juget, indukni ngehaman. Apikidah? ' Anaknya berjoget-joget, induknya diam. Apakah itu?'
Jawabannya : batu untuk menggiling cabe.
21) Bom tiyak, bendira cakak. Apikidah? ' Born jatuh, bendera naik. Apakah itu?'
Jawabannya : sapi berak.
22) Sai dibabai lapah, sai ngebabai ngehaman. Apikidah? ' Yang digendong berjalan, yang menggendong diam . Apakah itu?'
Jawaban-nya : air mengalir dalam selang.
23) Dapok dipindahko, kidang mak dapok diinjakko. Apikidah? 'Dapat dipindahkan, tetapi tidak dapat diangkat. Apakah itu? '
Jawabannya : jalan raya.
24) Temon ia buttak, kidang ia dapok tijang. Apikidah? 'Benar ia pendek, tetapi ia dapat panjang. Apakah itu? '
Jawabannya : karet.
25) Wat lamban handak, ranggokni mak ngedok. Apikidah? ' Ada rumah putih, pintunya tidak ada. Apakah itu? '
Jawabannya : telur.
26) Ngedimung-dimung tegattung, ngedok anak lain ijan. Apikidah? ' Berjuntai-juntai tergantung; ada anak bukan tangga. Apakah itu?'
Jawabannya : petai.
27) Tetetuk huluni, sai mekar gundangni. Apikidah? 'Ditotok-totok kepalanya, yang mekar ekomya. Apakah itu?'
Jawabannya : sapu lidi.
28) Tahlui sangasangkak, teakuk sai ginjung.unyin. Apikidah? 'Ada telur sekeranjang, diambil satu goyang semua. Apakah itu?'
Jawabannya : buah terong di pohonnya. Berikut ini teka-teki yang terdiri atas tiga kalimat
29) Sekali ram ngurau ia, makanan. Rua kali ram ngurau ia, raja. Tiga kali ram ngurau, bumbu dapur. 'Sekali · disebut jadi makanan, dua kali disebut jadi raja, dan tiga kali disebut jadi bumbu dapur. Apakah itu?'
Jawabannya : pisang raja sere.
30) Buttor gegoh bulan, wat kukutni, · kidang mak pandai lapah. Apikidah? 'Dia bundar seperti bulan, dia punya kaki, tetapi tidak pandai berjalan. Apakah itu?'
Jawabannya : jamur payung. Teka-teki yang terdiri atas empat kalimat
31) Epak nutu rua napi, sai juru buyu manuk, rua nunggu duara. Apikidah? 'Empat orang menumbuk padi, dua orang menampi beras, satu orang tukang mengusir ayam, dan dua orang satpam penunggu pintu gerbang. Apakah itu?'
Jawabannya : sapi.
mOHAMMAD RIDWAN Oktober 08, 2021 Riyyan seo Banjarmasin, Kalimatan Selatan1) Batang burak setetosan. 'Pobon lapuk bertimpaban.'
Dikatakan kepada orang yang sebetulnya sama-sama bodob, tetapi berlagak pandai. Sering dijumpai dalam masyarakat orang orang yang berlagak tabu; setelah diberi tugas untuk mengerjakan sesuatu, temyata ia tidak mengetabui sama sekali.
2) bung mak jaoh anjak ruppun. 'Rebung tidak jauh dari rumpun.'
Tunasanak bambu yang baru, biasanya tumbuh di dalam rumpun nya. Peribahasa ini dikatakan kepada seorang anak yang sifat atau perangainya sama dengan perangai orang tuanya. Kalau orang tuanya pencuri, anaknya pun akan menjadi maling. Kalau orang tuanya orang baik-baik, biasanya tingkah anaknya juga terbiasa untuk berbuat baik. Akan tetapi, peribahasa ini khusus digunakan untuk anak yang bertingkah tidak baik. "Mengapa si Anu itu tega berbuat demikian? Ah, tak usah heran, si A itu anak siapa, rebung tidak jauh dari rumpun ." (Rupanya, orang tuanya pencuri). ·
3) Kipak langik ruttuh dang mundur. ' Meskipun langit runtuh, jangan mundur.'
Peribahasa ini dikatakan kepada orang yang akan melaksanakan sesuatu dapat dipakai sebagai nasihat atau untuk memotivasi yang bersangkutan agar tetap melaksanakan kegiatan itu walaupun besar resikonya.
4) Ngegabor tahlui bangkang. 'Memperebutkan telur kosong.'
Peribahasa ini diibaratkan bagi orang-orang yang berdebat atau berbantah atau berkelahi untuk memperoleh sesuatu yang sama sekali tidak ada manfaatnya. Sesuatu yang tidak bermanfaat itu diumpama kan sebutir telur hampa.
5) Cuma mejong di beber. 'Hanya duduk di bibir'.
Peribahasa ini digunakan terhadap seseoran yang memberikan berbagai janji dan harapan. Jika orang Jain tidak percaya akan kebenarannya, ia akan berkata, "O, hanya manis di mulut, tetapi apa yang ada di dalam hatinya masih diragukan." Atau daapt dikatakan kepada sesuatu yang belum mantap kedudukannya.
6) Gegoh tupai nganik kelapa. 'seperti tupai makan kelapa.'
Seekor tupai yang akan makan buah kelapa harus Jebih dulu berupaya melubangi kulit dan tempurung kelapa yang sangat keras, setelah itu barulah tupai itu dapat menikmati daging buahnya. Peri bahasa itu mengingatkan kita semua bahwa kalau ingin menikmati basil harus lebih dulu berusaha keras. Dengan kata lain, "Bersakit sakit dahulu, bersenang-senang kemudian."
7) Acak akkon jak tutur. 'Lebih baik dekat-hati daripada sapaan'.
Peribahasa ini menyatakan perbandingan bahwa lebih baik tampaknya bengis, berkata bengis, tetapi hati di dalam sangat baik daripada bermulut manis tetapi hatinya jahat.
8) Kemitcak di bah suru. 'Katak di bawah tempurung'.
Diibaratkan kepada orang yang pongah akan kehebatan atau kebolehannya, tetapi sesungguhnya pengetahuannya masih belum seberapa.
9) Gegoh gelong kepanasan. 'Seperti cacing kepanasan'.
Diibarat-kan kepada orang yang sangat gelisah, tidak tenang atau selalu menggeliat-geliatkan badan karena resah. Contoh pemakaian, "Setelah mendengar berita bahwa rahasianya terbongkar, ia seperti cacing kepanasan." Hampir sama artinya dengan "Seperti kucing terbakar buntut."
10) Dijuk bittor haga pahha. 'Diberi betis ingin paha' .
Peribahasa ini digunakan kepaa seseorang yang tamak. Setelah memiliki sesuatu, orang itu selalu tidak puas, lalu ingin yang lebih banyak, atau yang lebih besar, atau yang lebih hebat lagi.
11) Injuk buroh di ulok. 'Seperti buih di lubuh'.
Buih di dalam lubuh (kolam air) mudah bergerak ke sana ke mari. Perbandingan ini digunakan terhadap seseorang yang tidak mantap pendiriannya, mudah berubah atau mudah terpengaruh oleh perubahan situasi lingkungannya.
12) Ditetos bulung layu. 'Ditimpa daun layu'.
Daun layu dapat melayang di udara karena ringannya. Tentu saja daun layu ini tidak mungkin dapat menimpa benda lain yang ada di bawahnya seperti benda-benda berat yang jatuh. Akan tetapi, pemakaian peribahasa ini malah sebaliknya. Seseorang akan merasa sangat terhina, sangat sakit hati karena diremehkan oleh orang yang kedudukannya lebih rendah yang kelihatannya tidak mampu apa-apa.
13) Batang pengulakan. 'Batang tempat mengambil jamur'.
Peribahasa ini diibaratkan kepada seseorang yang menjadi tempat tumpuan harapan bagi orang lain. Mungkin karena orang itu kaya harta atau karena kaya ilmu sehingga orang itu diumpamakan batang tempat tumbuhnya jamur yang orang lain dapat mengambil basil darinya.
14) Manjau di salah rubuh. 'Bertamu di salah roboh' .
Pohon salak itu berduri dan salak yang roboh tidak berbuah. Jadi, jika seseorang datang ke tempat pohon ini dapat terkena duri di samping tidak ·akan memperoleh buah salah. Pribahasa ini diibarat kan kepada orang yang bertamu ke tempat orang yang tidak punya, si tamu tidak akan memperoleh suguhan apa-apa. Pemakaian peribahasa ini untuk merendahkan diri, misalnya, seseorang kedatangan tamu, lalu ia berkata, "Anda bagai bertemu ke salak roboh, hanya air mentah ini yang dapat kami sugukan". Di samping itu, peribahasa ini dapat pula digunakan dalam situasi yang lain. Misalnya seorang bujang pergi manjau ke tempat seorang gadis. Di samping ia tidak mendapat suguhan apa-apa, bujang itu juga mendapat suatu hal yang tidak diinginkannya dari keluarga si gadis.
15) Ngebekom wai mak nitis. 'Menggenggam air tidak menetes'.
Air sebetulnya tidak dapat digenggam karepa pasti akan menetes dari sela-sela jari. Akan tetapi, menurut peribahasa ini karena sangat pandainya menggenggam, air pun tidak menetes. Pemakaian periba hasa ini diibaratkan kepada orang yang sangat pelit. Alangkah kikir nya orang itu, air yang digenggang pun tidak menetes, jangankan akan memberi sesuatu kepada kita.
16) Kekalau imbun jadi muara. 'Mudah-mudahan embun jadi muara ' .
Embun adalah setitik air yang volumenya jauh berbeda dengan volume air di muara sungai. Muara sungai yaitu suatu tempat yang dapat menampung air dari hulu a tau dari .laut. Peribahasa ini dapat mendorong seseorang untuk giat bekerja yang disertai dengan ketabahan dan berhemat. Walaupun dibekali dengan modal sangat kecil mudah-mudahan keuletan bekerja yang disertai ketabahan, modal yang sangat kecil itu akhimya dapat menjadi berlipat ganda.
17) Jagung lupa di basung. 'Jagung lupa pada bonggol'.
Buah jagung itu melekat pada bonggolnya. Tanpa bonggol buah jagung itu tidak akan pemah ada. Akan tetapi setelah jagung itu dilepaskan dari bonggol, bonggol itu dengan sendirinya tidak diperlu kan lagi oleh jagung itu. Peribahasa ini diumpamakan bagi seseorang yang setelah ia berhasil karena ditolong atau dibina ia lupa kepada orang yang menolongnya dulu. Peribahasa ini sama artinya dengan peribahasa yang ada dalam bahasa Indonesia, yaitu lbarat kacang, kalau hari panas ia lupa akan kulitnya. Selagi basah, buah kacang itu menempel dengan kulitnya, tetapi kalau kacang itu sudah kering karena panas matahari, buahnya langsung melepaskan diri dari kulitnya itu.
18) Peros-peros Kedudung. 'Asam-asam Kedondong' .
Buah kedondong itu asam, tetapi asam kedondong ini tidak sampai menyengat lidah seperti asam jeruk nipis atau asam mangga muda. Asam buah kedondong walaupun asam dimakan juga, bahkan menimbulkan keinginan untuk makan lagi. Peribahasa ini digunakan dalam pergaulan di masyarakat. Walaupun dalam pergaulan itu ditemukan bermacam masalah, baik yang pahit maupun yang manis, hendaknya kita tetap bersikap biasa-biasa saja dalam arti tidak akan mengganggu keharmonisan dalam bergaul.
19) Gegoh mati di Mekah. 'Seperti Meninggal di Mekah'.
Mekah (Arab Saudi) adalah tanah suci bagi kaum muslimin. Meninggal di Mekah bagi sebagian umat Muslim sesuatu yang diharapkan karena mereka akan dikuburkan di Tanah Suci. Dalam hal ini, umat muslim yang sedang menunaikan ibadah haji lalu mening gal, jenazahnya akan disalatkan oleh beribu-ribu umat muslim lainnya artinya dia akan didoakan oleh seluruh umat muslim .yang sedang berhaji agar diampuni segala dosanya serta dimasukkan ke dalam syurga. Hal itu dihayati oleh masyarakat Lampung Pubiyan yang juga penganut agama Islam. Oleh karena itu, jika orang yang meninggal di Mekah itu merupakan suatu rahmat. Peribahasa Gegoh mati di Mekah diiba-ratkan kepada orang yang mendapat keberuntungan yang sebelumnya tidak disangka-sangka yang tentu diterimanya dengan perasaan gembira serta penuh haru.
20) Gegoh ujan di Mekah. ' Seperti hujan di Mekah'.
Hujan di Mekah sangat jarang terjadi. Jadi, peribahasa ini diguna kan terhadap suatu keberuntungan yang sangat jarang terjadi.
21) Gegoh angin teliyu. ' Seperti angin lalu' .
Angin lalu tidak berbekas sama sekali. Jadi, peribahasa ini dium pamakan kepa.da suatu tindakan terhadap seseorang yang dampaknya tidak terlihat 8ama sekali. Misalnya, Segala nqsihat yang diberikan kepadanya, ibarat angin lalu, sama sekali tidak diindahkannya.
22) Mak patoh ki lemoh. ' Tidak patah jika Iemah' .
Suatu benda kalau dilenturkan tidak akan patah. Berbeda dengan benda yang kuat, jika dibengkokkan pada batas tertentu akan patah. Peribahasa ini diibaratkan kepada penyelesaian suatu perkara atau suatu perselisihan. Jika perselisihan itu diselesaikan dengan bijaksana dan lemah-lembut tentu tidak akan sampai memutuskan hubungan antara kedua belah pihak.
23) Goh mejong di unggak kemesi. 'Seperti duduk di atas lidi enau' .
Dapat dibayangkan bagairnana susahnya duduk di atas lidi enau yang ujungnya tajam-tajam. Peribahasa ini diumpamakan kepada orang yang dalam kesempitan, selalu tidak tenang dan diselirnuti kegelisahan. Peribahasa ini hampir sama artinya dengan Seperti duduk di atas bara hangat.
24) Nawai buha langui. ' Mengajar buaya berenang'.
Masyarakat Lampung susah melihat buaya berenang yang kepan daiannya tidak ada tandingannya. Peribahasa ini diumpamakan seseorang yang mengajari orang lain yang susah jauh lebih pintar daripadanya.
25) Tungga derian rubuh. 'Bertemu durian runtuh'.
Durian suatu jenis buah-buahan yang rasanya sangat enak. Akan tetapi, untuk mendapatkannya. Pemilik kebih harus menunggu bermalam-malam sampai buahnya jatuh satu-persatu. ltu pun kadang kadang berebut dengan hewan buas yang juga menyenangi buah durian. Jarang sekali buah durian itu langsung berguguran beserta pohonnya (runtuh). Kalau hal itu terjadi, hal itu dianggap sebagai suatu keberuntungan. Per_ibahasa ini dikatakan kepada orang yang memperoleh rezeki yang tidak disangka-sangka.
26) Nyepok kutu lom sabuk. 'Mencari kutuk di dalam sabut'.
Dalam bahasa Indonesia peribahasa ini sama dengan Mencari kutu di dalam ijuk. Sabut terjadi dafi serabut-serabut yang bertumpuk. Di sela-sela serabut itu terdapat kutu yang sedang bersembunyi yang dapat dengan mudah berpindah-pindah. Peribahasa ini diumpamakan kepada suatu pekerjaan yang sangat sulit dilakukan dan pekerjaan itu akan berhasil kalau dikerjakan dengan tekun. Namun, peluang untuk gagal lebih besar.
27) Ngatot wai baka bayuk. 'Mengunjal air menggunakan keranjang'.
Peribahasa ini dikatakan kepada pekerjaan yang tidak berhasil. Badan letih, waktu dan tenaga babis, tetapi basilnya tidak ada. Kegagalan itu disebabkan oleh pemakaian alat atau cara yang tidak tepat. Contob pemakaiannya, Anda melaksanakan pekerjaan itu ibarat mengunjal air dengan keranjang. Apakah tidak ada cara atau a/at yang paling tepat yang dapat Anda gunakan?
28) Ngemainko kemiling di bah batang. 'Memainkan kemiri di bawab pohon' .
Dalam kebidupan anak-anak di masyarakat Lampung Pubiyan ada sejenis permainan, yaitu bermain kemiri. Permainan kemiri ini diak biri dengna kalab atau menang. Yang akan mengantongi buab kemiri yang banyak, sedangkan bagi yang kalab buab kemirinya akan ber kurang atau babis. Jika ada orang yang bermain kemiri di bawab pobonnya, bertambahnya buah kemiri itu bukanlah karena menang bermain, tetapi karena diperoleh dari pohon kemiri itu sendiri. Jadi, peribabasa ini diumpamakan kepada yang membanggakan hasil pekerjaannya, padahal basil itu bukanlab dari usahanya atau sudah ada sebelum dikerjakannya. Dengan demikian, yang dianggap basil pekejaan itu sebetulnya dari usaha orang lain sebelumnya.
Contoh pemakaiannya: Seseorang yang membanggakan pekerjaan itu membuahkan hasil, padabal sebetulnya adalah basil pekerjaan orang sebelumnya. Lalu orang lain akan berkata, Anda ibarat memainkan kemiri di bawah pohonnya. Kemenangan yang Anda peroleh itu sebetulnya berasal dari pohonnya itu (bukan berupa hasil dari kemenangan bermain).
Sumber: Sastra Lisan Lampung dialek Pubian. 1998.
mOHAMMAD RIDWAN Oktober 08, 2021 Riyyan seo Banjarmasin, Kalimatan Selatan